Jumat, 05 April 2013

Inilah Perbedaan Muslim Dan Non Muslim Dilihat Dari Cara Berpakaian Hingga Celana Dalampun Tidak Luput Dari Tanda Tanda

Inilah Kisah muallaf nya seorang nenek buruh laundry,
Hanya karena sering memperhatikan apa yang ia cuci dan siapa pemiliknya ia mendapat hidayah walau hanya karena hal Celana Dalam.
Mungkin kedengaran aneh dan
janggal. Hidayah memang bisa
datang kapan saja dan pada siapa
saja. Selama ini mungkin kita lebih
sering mendengar masuk islamnya
seorang non muslim kedalam islam
di sebabkan hal-hal luar biasa dan
penting. Seperti dokter Miller
seorang penginjil Kanada yang
masuk islam setelah menjumpai
I’jaz Qur’an dari berbagai segi.Tapi
yang ini benar-benar tidak biasa.
Ya, masuk islam gara-gara celana
dalam!
Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh
Pengajar di sebuah perguruan
Tinggi Islam di Saudi, saat
ditugaskan ke Inggris. Ada seorang
perempuan tua yang biasa
mencuci pakaian para mahasiswa
Inggris termasuk pakaian dalam
mereka.
Tidak ada sisi menarik pada wanita
ini, tua renta, pegawai rendahan
dan hidup sendirian. Setiap kali
bertemu dia selalu membawa
kantong plastik berukuran besar
yang terisi penuh dengan pakaian
kotor. Untuk pekerjaan kasar
seperti ini penghuni rumah jompo
ini terbilang cekatan di usianya
yang sudah terbilang uzur.Di
Inggris, masyarakat yang memiliki
anggota keluarga lansia biasanya
cenderung memasukkan mereka ke
panti jompo. Dan tentu saja
keadaan miris ini harus diterima
kebanyakan para orangtua dengan
besar hati agar tidak membebani
anak mereka. Namun di tengah
kondisi seperti itu sepertinya tidak
membuat kecil hati tokoh kita ini
yang justeru begitu getol mengisi
hari-harinya bergelut dengan
cucian kotor.
Wanita baya itu lebih suka
dipanggil auntie atau bibi. Dia
sudah bekerja sebagai petugas
laundry hampir separuh usianya.
Beruntung baginya masih ada
instansi yang bersedia
mempekerjakan para manula.
“Aku merasa dihargai meski sudah
tua. Lagipula, orang-orang seperti
aku ini sudah tidak ada yang
mengurus, kalau bukan diri
sendiri. Anak-anakku sudah
menikah dan tinggal bersama
keluarga mereka masing-masing.
Suamiku sudah meninggal.
Walaupun anak-anak suka
menjenguk, tapi aku tetap ingin
punya kegiatan sendiri untuk
mengisi masa tua,” ujarnya
“Bukan untuk kerja yang berat
memang, tapi setidaknya, selain
menambah penghasilan juga
mengisi hari tua. Mungkin itu
lebih baik daripada harus tinggal
diam di panti jompo.” Ujarnya lagi
dengan wajah sendu.
“Sedih juga kalau harus tinggal
sendirian. Seperti seorang
temanku. Dia juga dulu bekerja
sebagai petugas laundry
bersamaku. Sampai akhirnya, anak
perempuan satu-satunya menikah.
Namun setelah menikah, anak
perempuannya itu tidak pernah
menghubunginya,” bibi berkisah.
Bagi sang Bibi profesinya sebagai
petugas laundry justeru
membuatnya lebih dekat dengan
sepak terjang, liku-liku penghuni
asrama yang rata-rata adalah
mahasiswa dari luar Inggris. Sang
Bibi paham betul kebiasaan para
mahasiswa yang tinggal di asrama
ini selain belajar sehari-hari,
adalah pergi clubbing sekedar
“having fun”. Banyak asrama
memiliki bar, café, ruang duduk
untuk menonton televisi, ruang
musik dan fasilitas olahraga
sendiri.
Dan salah satu sisi negatif
pergaulan dengan orang Inggris
adalah bila mereka sudah dekat
botol miras, biasalah mereka
sampai benar-benar mabuk. Dan
dapat dibayangkan kekacauan yang
terjadi. Muntah merata di
sebarang tempat, kencing dalam
celana dan sebagainya. Inilah
perbuatan paling bodoh yang
pernah dilakukan oleh manusia
sejak terciptanya minuman
beralkohol. Bukan saja
menghilangkan akal sehat, tetapi
juga si pemabuk akan merasa
kelelahan dan sakit kepala yang
teramat sangat (hangover).
Saat para penghuni asrama masih
dibuai mimpi karena kelelahan
habis clubbing semalaman suntuk.
Tinggalah sang Bibi memunguti
pakaian kotor itu setiap hari. Dan
terkadang harus diangkut dari
kamar, jauh sebelum mereka
bangun dari tidur. Kemudian
disortir dengan teliti satu persatu
berdasarkan jenis bahan, ukuran,
warna dan yang lebih spesifik lagi
dipisahkankannya pakaian dalam
dari yang lain. Begitu pekerjaan
rutin itu dilakukan dengan penuh
dedikasi tinggi walau diujung
usianya yang semakin menua.
Waktu terus berjalan, sementara
sang Bibi tanpa putus asa terus
bergelut dengan ‘dunia kotor’nya.
Idealnya di penghujung usianya itu
seharusnya masa bagi seseorang
menuai hasil kerja payahnya di
masa muda. Namun situasilah
yang menyebabkan dia harus
menanggung berbagai persoalan
hidup, maka sungguh itu
merupakan masa tua yang tidak
membahagiakan. Di dalam kondisi
yang sudah tidak mampu banyak
berbuat, dia justru dituntut harus
banyak berbuat. Dalam kondisi
produktivitas menurun ia justru
dituntut untuk berproduksi tinggi.
Entah sampai kapan dia harus
melakoni pekerjaan itu. Maka
sampailah suatu saat asramanya
kedatangan penghuni baru yaitu
beberapa mahasiswa muslim dari
Timur Tengah yang mendapat
tugas belajar dari negaranya.
Mereka sudah terdaftar akan
menempati salah satu kamar di
asrama tempat sang Bibi bekerja.
Bagi kebanyakan pelajar timur
tengah sangat langka memilih
tinggal di asrama. Mereka biasanya
membeli rumah atau flat yang
sudah disesuaikan untuk
menampung kelompok kecil siswa,
pasangan atau keluarga. Ada juga
beberapa pemilik tempat
perorangan mengijinkan rumah-
rumah mereka dikelola dan
disewakan.
Tinggal di asrama merupakan cara
terbaik untuk bertemu orang-
orang baru dan menjalin
persahabatan yang langgeng. Inilah
salah satu pertimbangan mereka
memilih tinggal di asrama.
Kesadaran inilah yang menepis
kekhawatiran akan terjadinya
gegar budaya atau “cultural
shock“.
Hidup dalam komunitas non
muslimlah justeru kita dituntut
untuk membuktikan nilai-nilai
Islam yang tinggi ini sebagai
sebuah solusi bagi manusia.
Tentunya ini adalah pekerjaan
dakwah yang merupakan
tanggungjawab setiap muslim
dimana saja berada. Dengan tetap
menjaga keistimewaan kita sebagai
muslim yaitu kesalehan.
Hari-hari terus berlalu, tampaknya
si Bibi ini betul-betul perhatian
dengan apa yang dicucinya.
Sampai-sampai dia tahu ini
pakaian si A, ini si B dan
seterusya. Tidak terkecuali dengan
pakaian kotor milik mahasiswa
dari Timur Tengah tadi. Namun
saat dilakukan sortir pakaian
dalam, si Bibi merasa ada sesuatu
yang tidak biasa, karena dari
semua pakaian yang dicucinya,
hanya pakaian muslim arab saja
yang terlihat tidak kotor, tidak
berbau, tidak kumuh dan tidak
banyak noda dipakaiannya.
Kejadian langka ini semakin
mendorong rasa penasaran si Bibi.
Lagi-lagi pencuci pakaian di
asrama ini selalu merasa aneh saat
mencuci celana dalam mereka.
Berbeda dengan yang lain, kedua
pakaian dalam mereka selalu tak
berbau.
Maka masih dalam keadaan
penasaran, si Bibi memutuskan
bertanya langsung dengan ‘pemilik
celana dalam’ itu. Saat ditanya
kenapa. Dua orang ini menjawab,
”Kami selalu istinja setiap kali
kencing.” Pencuci baju ini
bertanya lagi, ”Apakah itu
diajarkan dalam agamamu?”
“Ya!” Jawab dua orang pelajar
muslim tadi.
Merasa belum yakin 100 persen
dengan jawaban itu, akhirnya si
Bibi datang menemui salah
seorang tokoh muslim yaitu
Doktor Sholeh– Pengajar di sebuah
perguruan Tinggi Islam di Saudi,
saat ditugaskan ke Inggris– Wanita
tua ini menceritakan
keheranannya selama bertugas
perihal adanya pakaian dalam yang
‘aneh’.
Ada beberapa pakaian dalam yang
tidak berbau seperti kebanyakan
mahasiswa umumnya, apa
sebabnya? Maka ustadz ini
menceritakan karena pemiliknya
adalah muslim, agama kami
mengajarkan bersuci setiap selesai
buang air kecil maupun buang air
besar, tidak seperti mereka yang
tidak perhatian dalam masalah
seperti ini.
Betapa terkesan ibu tua ini jika
untuk hal yang kecil saja Islam
memperhatikan apatah lagi untuk
hal yang besar, pikir pencuci baju
itu. Dan tidak lama kemudian ia
mengikrarkan syahadat, masuk
Islam dengan perantaraan pakaian
dalam!
Tidak disangka ternyata diam-diam
si tukang cuci masuk Islam,
gemparlah para mahasiswa yang
tinggal di asrama tersebut, yang
kebanyakan adalah non muslim.
Mereka berusaha ingin tahu sebab
musabab si Bibi masuk islam. Dia
menjawab dengan yakin bahwa
dirinya sangat kagum dengan
kawan muslim Arab ini, karena
dari semua pakaian yang
dicucinya, hanya pakaiannya
sajalah yang terlihat tidak macam-
macam. Dan dengan hidayah Allah
Swt, dirinya dapat membedakan
antara pakaian seorang muslim
dan non muslim.
Hidayah memang bisa datang
kapan saja dan pada siapa saja.
Selama ini mungkin kita lebih
sering mendengar masuk Islamnya
seorang non muslim ke dalam
Islam lebih disebabkan pada hal-
hal luar biasa dan penting. Tapi
yang ini benar-benar tidak biasa.
Mendapat hidayah di penghujung
usia gara-gara pakaian dalam!
Sungguh takdir Allah benar-benar
telah jatuh berketepatan dengan
kegigihannya selama ini mengisi
hari-hari di sisa hidupnya sebagai
petugas laundry. Disinilah letak
rahasia nikmat Allah yang agung
yang mempertemukan antara
takdirNya dan ikhtiar manusia.
Sungguh Allah tidak pernah
menyia-nyiakan amal seorang
hambaNya.
(Di kutip dari: Majalah Al-Qawwam
edisi 15, dzul qa’dah 1427 H
Badiah, Riyadh )
Sumber:eramuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda,Kritik Dan Saranya Sangat Ber Arti

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. MAHKOTA CAHAYA - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz